Kamis, 04 November 2010

Gunung Merapi dan Mbha Maridjan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas atau wedhus gembel yang membubung tinggi hingga terlihat di Deles, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (4/11/2010). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral meningkatkan perluasan radius bahaya dari yang semula 10 kilometer menjadi 15 kilometer dari puncak Gunung Merapi seiring meningkatnya aktivitas gunung tersebut.
BOYOLALI, KOMPAS.com - Warga di Kecamatan Musuk, Boyolali, Kamis (4/11/2010) malam, geger akibat gempa vulkanik yang timbul dari semburan lava pijar dari puncak Gunung Merapi menggoyang daerah itu.

Tokoh masyarakat Desa Karanganyar, Musuk, Boyolali, Setiyono, Kamis, mengatakan, gempa vulkanik itu terjadi sekitar 15 menit sejak pukul 19.00 WIB.

"Kaca jendela rumah saya bergetar disertai suara gemuruh dari puncak Merapi," kata Setiyono.

Akibat terjadinya gempa tersebut, kata Setiyono, warga berhamburan keluar rumah untuk mencari tempat yang aman.

Selain itu, warga juga membunyikan kentungan tanda bahaya.

"Wilayah Musuk ini masuk radius sekitar 10 kilometer dari puncak Merapi. Warga sebagian sudah dievakuasi ke Boyolali kota," katanya.


Setiyono menjelaskan, Merapi kembali menyemburkan lava pijar dan terlihat jelas dari Musuk.

"Setelah terdengar suara gemuruh disusul gempa vulkanik. Beberapa menit kemudian semburan lava pijar keluar dari puncak Merapi," katanya.

Sementara Juwono (29), warga Desa Lanjaran, Musuk, mengaku, juga merasakan gempa yang disebabkan Gunung Merapi tersebut.

Gempa terjadi cukup lama, sehingga warga panik menyelamatkan diri berlarian ke bawah karena takut.

"Saya setelah gempa terhenti langsung turun menyelamatkan diri, karena luncuran lava pijar dari puncak Merapi terlihat jelas dari Desa Lanjaran," kata Juwono.

Lava pijar juga terlihat jelas dari wilayah Cepogo dan Musuk.

Didik Suranto (32), warga Tumang, Kecamatan Cepogo, menyatakan, lava pijar dari puncak Merapi juga terpantau jelas dari wilayah Cepogo.

Menurut Didik, warga Tumang setelah melihat lava pijar tersebut juga merasa resah dan mereka menanyakan ke relawan apakah mereka harus mengungsi ke Boyolali kota.
ANT

Mbha Maridjan - Kabar Berita Terbaru - Berita Terbaru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan cerdas, karena komentar Anda adalah cerminan dari diri Anda. Salam Sukses

Artikel Lainya...

Sitemap